Peninggalan Kerajaan Hindu Budha Sesuai Corak Keagamaannya

Kontak antara kebudayaan Indonesia dengan kebudayaan Hindu Buddha yang berasal dari India telah menghasilkan kekayaan seni Indonesia yang beraneka ragam. Pengaruh itu sampai akhir abad ke 15. Pengaruh kebudayaan itu sangat terasa di daerah Jawa, Sumatera, Bali, bahkan sampai sebagian Kalimantan. Setelah agama islam masuk sejak abad ke 13, hanya Bali yang sampai ini masih kental menggunakan budaya India. Wilayah lain yang masih terlihat budaya Hindunya adalah Jawa, terutama Jawa Tengah, Jawa Barat dan Jawa Timur. Di daerah-daerah tersebut tersebar peninggalan-peninggalan sejarah dari masa Hindu Buddha yang berupa candi-candi sebagai bangunan keagamaan.

A. Peninggalan Kerajaan Hindu

1. Seni Bangunan
Bangunan Keagamaan 
Candi Prambanan  
Candi ini adalah termasuk Situs Warisan Dunia UNESCO, candi Hindu terbesar di Indonesia, sekaligus salah satu candi terindah di Asia Tenggara. Candi Prambanan atau Candi Roro Jonggrang yang terletak di Kompleks percandian Hindu terbesar di Indonesia yang terdiri dari 3 candi utama (Candi Syiwa, Brahma, dan Wisnu) serta candi-candi kecil.[1]
Candi Prambanan
Gambar 1: Candi Prambanan (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Bangunan Pertitaan 
Candi Tikus
Candi peninggalan Kerajaan Majapahit yang merupakan petirtaan atau pemandian terletak di Desa Temon, Kec. Trowulan, Kab. Mojokerto. [2]
Candi Muara Takus
Gambar 2: Candi Muara Takus (Sumber: https://beritabaik.id/read?editorialSlug=tempat-wisata&slug=1527265035131-candi-tikus-peninggalan-majapahit-di-bawah-tanah)

Bangunan Gapura
Candi Bajang Ratu
Candi Bajang Ratu yang berbentuk gapura yang dikaitkan dengan raja Majapahit, Jayanegara terletak di Desa Temon, Kec. Trowulan, Kab. Mojokerto.[3]
Candi Bajang Ratu
Gambar 3 : Candi Bajang Ratu (Sumber: https://sejarahlengkap.com/agama/hindu/sejarah-candi-bajang-ratu)

2. Seni Rupa
Arca Narashimha
Arca penjelmaan (avatara) dewa Wisnu yang ditemukan di Candi Ijo Yogyakarta. Arca ini menggambarkan figur manusia berkepala singa (Narashimha) dalam posisi menghimpit dan membelah dada musuh.[4]
Arca Narashima
Gambar 4: Arca Narashimha (Sumber: http://lacultureindo.blogspot.com/2019/01/arca-narashima-yang-langka.html)

Relief Langgam Jawa Timur
Relief langgam Jawa Timur yang terdapat di Candi Penataran Desa Penataran, Kec. Nglegok, Kab. Blitar.[5]
Relief Langgam Jawa Timur
Gambar 5: Relief Langgam Jawa Timur ( Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Candi_Penataran)

3. Seni Pertunjukan
Wayang Ramayana 
Perjalanan Cinta Sejati Rahwana.
Wayang Ramayana
Gambar 6: Wayang Ramayana (Sumber: http://www.adiraoktaroza.com/2019/09/25/ramayana-perjalanan-cinta-sejati-rahwana/)

4. Seni Sastra
Kitab Negarakertagama
Kitab Negarakartagama merupakan kitab yang dikarang oleh Empu Prapanca pada tahun 1365 M. Isi dari kitab Negarakertagama ini adalah mengenai sejarah berbagai raja-raja baik raja Singasari mauoun raja Majapahit.[6]
Kitab Negarakertagama
Gambar 7: Kitab Negarakertagama (Sumber: https://situsbudaya.id/kitab-negarakertagama/)

B. Peninggalan Kerajaan Budha

1. Seni Bangunan
Bangunan Keagamaan
Candi Borobudur
Candi Borobudur dibangun pada abad ke-8 selama sekitar 75 tahun. Istilah Borobudur berasal dari kata boro yang berarti 'wihara' dan budur yang berarti 'tanah tinggi' atau 'bukit'. Menurut J.G. Casparis nama Borobudur berasal dari bunyi prasasti Kahulungan (842 M) "bhumisambara budhara" yang berarti himpunan kebajikan yang bertingkat-tingkat. [7]
Candi Borobudur terbesar terletak di Desa Borobudur, Kec. Borobudur, Kab. Magelang. [8]
Candi Borobudur
Gambar 8: Candi Borobudur (Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Borobudur)

2. Seni Rupa
Arca Dyani Budha
Arca Dyani Buddha (Buddha yang sedang semedi) berciri duduk bersila, badan tidak berhias dan kepala ber-unisha. Sikap kaki bersila dan berada di singgasana berbentuk teratai yang dinamakan padmasana.[9]
Arca Dyani Buddha
Gambar 9: Acra Dyani Buddha (Sumber: https://www.kaskus.co.id/thread/52b9a47f17cb17902e8b4781/mengenal-5-dhyani-buddha-sumber-patung-buddha-di-borobudur/)

Relief Lalitavistara
Relief Lalitavistara menggambarkan riwayat hidup Sang Buddha Gautama dimulai pada saat para dewa di surga Tushita mengabulkan permohonan Bodhisattva untuk turun ke dunia menjelma menjadi manusia bernama Buddha Gautama.[10]
Relief Lalitavistara
Gambar 10: Relief Lalitavistara (Sumber: https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bkborobudur/borobudur-yang-inspirational-borobudur-sebagai-buku-evolusi-umat-manusia/selatan-1-a-17/)

3. Seni Pertunjukan
Seni Tari
Bila diamati pada relief-relief Candi Borobudur tergambar salah satu kegiatan kesenian yaitu seni tari. Dari relief tersebut dapat disimpulkan bahwa tari-tarian di Jawa Tengah masih kental dengan pengaruh India. Berbagai pose-pose tari sangat mirip dengan pose-pose tari di India yang digambarkan dalam kitab Natyasastra maupun yang tercantum pada kuil-kuil Syaiwa di India. Relief Candi Borobudur, digambarkan Buddha yang sedang digoda oleh Mara yang menari-nari diiringi gendang. [11]
Buddha yang sedang digoda oleh Mara
Gambar 11: Buddha yang sedang digoda oleh Mara (Sumber: http://ibnul-whatever.blogspot.com/2011/06/)

4. Seni Sastra
Prasasti Kota Kapur
Ditemukan di Pulau Bangka bagian barat dan ditulis menggunakan bahasa Melayu Kuno serta aksara Pallawa. Pada tahun 1892 prasasti ini ditemukan oleh J.K Van der Maulen. Menceritakan tentang kutukan untuk orang yang berani melanggar titah atau perintah dari kekuasaan Raja Sriwijaya. 
Hasil gambar untuk prasasti Kota kapur.
Prasasti Kota Kapur
Gambar 12: Prasasti Kota Kapur (Sumber: https://www.baabun.com/kerajaan-sriwijaya/prasasti-kota-kapur/)

Prasasti Karang Berahi 
Kontrolir L.M Berhout menemukan prasasti ini pada tahun 1904 di tepi Batang Merangin, Dusun Batu Bersurat, Jambi. Sama halnya dengan prasasti Talaga Batu, Kota Kapur dan prasasti Palas Pasemah, prasasti ini juga menceritakan tentang kutukan bagi mereka yang melakukan kejahatan dan tidak setia kepada Raja Sriwijaya.
Prasasti Karang Berahi
Gambar 13: Prasasti Karang Berahi (Sumber: https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjambi/prasasti-di-makara-solok-sipin/img_0160/)

[1] Taufik Abdullah (ed), Indonesia dalam Arus Sejarah: Faktaneka dan Indeks, (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, 2009), hlm. 7.
            [2] Ririn Darini, Sejarah Kebudayaan Indonesia masa Hindu-Buddha, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2016), hlm. 69, cet. ke-2. 
            [3] Ririn Darini, Sejarah Kebudayaan Indonesia masa Hindu-Buddha, hlm. 69.
            [4] Ririn Darini, Sejarah Kebudayaan Indonesia masa Hindu-Buddha, hlm. 84.
            [5] Ririn Darini, Sejarah Kebudayaan Indonesia masa Hindu-Buddha, hlm. 97.
            [6] Ririn Darini, Sejarah Kebudayaan Indonesia masa Hindu-Buddha, hlm. 119.
            [7] Ririn Darini, Sejarah Kebudayaan Indonesia masa Hindu-Buddha, hlm. 97.
            [8] Taufik Abdullah (ed), Indonesia dalam Arus Sejarah: Faktaneka dan Indeks, hlm. 7.
            [9] Ririn Darini, Sejarah Kebudayaan Indonesia masa Hindu-Buddha, hlm. 92.
           [10] Ririn Darini, Sejarah Kebudayaan Indonesia masa Hindu-Buddha, hlm. 100.
           [11] Ririn Darini, Sejarah Kebudayaan Indonesia masa Hindu-Buddha, hlm. 108.

0 comments:

Post a Comment