Seni Rupa Peninggalan Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia
Seni pahat berkembang pda bangunan candi berupa pahatan relief candi atau dalam bentuk pahatan patung di candi. tema-tema seni pahat yang dihasilkan pada masa Hindu-Buddha sesuai dengan agama yang berkembang pada masa itu.
Walaupun demikian dalam seni ukir pada candi disisipi ukiran-ukiran asli Indonesia, seperti rumah panggung, perahu bercadik dan hewan-hewan asli indonesia. Motif ukiran yang sering digunakan adalah sulur-suluran, daun-daunan, medalion, dan bunga teratai.
Masuknya pengaruh India juga membawa perkembangan dalam bidang seni rupa, seni pahat, dan seni ukir. Hal ini dapat dilihat pada relief atau seni ukir yang dipahatkan pada bagian dinding-dinding candi. Misalnya, relief yang dipahatkan pada dinding-dinding pagar langkan di Candi Borobudur yang berupa pahatan riwayat Sang Buddha. Di sekitar Sang Buddha terdapat lingkungan alam Indonesia seperti rumah panggung dan burung merpati.
Pada relief kala makara pada candi dibuat sangat indah. Hiasan relief kala makara, dasarnya adalah motif binatang dan tumbuh-tumbuhan. Hal semacam ini sudah dikenal sejak masa sebelum Hindu. Binatang-binatang itu dipandang suci, maka sering diabadikan dengan cara di lukis.[1]
Bentuk peninggalan seni rupa bercorak Hindu- Buddha di Indonesia terdiri atas relief dan arca.
1. Relief
Relief adalah hasil seni pahat berupa hiasan-hiasan pengisi dinding candi yang melukiskan cerita. Relief dipahatkan pada kaki candi, tubuh candi, atau atap candi. Misalnya, relief perjalanan hidup Siddharta Buddha Gautama pada Candi Borobudur dan relief Ramayana pada dinding Candi Prambanan.
2. Arca
Arca adalah patung yang dipahat sedemikian rupa sehingga membentuk bentuk tertentu. Setiap arca memiliki tanda sendiri untuk membedakan dewa yang satu dengan yang lain. Misalnya, arca Dwarapala di Candi Singhasari, arca Airlangga dalam wujud Dewa Wisnu, arca Siddharta Gautama, dan arca Ken Dedes dalam wujud Prajnaparamita.[3]
0 comments:
Post a Comment